suara-publik.com skyscraper
suara-publik.com skyscraper

Gelapkan Setoran Uang Milik Perusahaan Sebesar Rp 2,046 Miliar, Agustina Handayani Diadili

avatar suara-publik.com
Foto: Terdakwa Agustina Handayani, menjalani sidang perkara penggelapan uang perusahaan , diruang Candra PN.Surabaya, secara online, Rabu (15/09/2021).
Foto: Terdakwa Agustina Handayani, menjalani sidang perkara penggelapan uang perusahaan , diruang Candra PN.Surabaya, secara online, Rabu (15/09/2021).
suara-publik.com leaderboard

Surabaya, Suara Publik - Agustina Handayani karyawan yang bekerja di bagian accounting PT Readymix Concrete Indonesia/PT Holcim Beton itu gelapkan uang perusahaan senilai Rp 2,046 miliar. 

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Parlin Manulang melalui Jaksa Irene Ulfa menjelaskan terdakwa tidak menyetorkan uang sebanyak itu berawal dari tahun 2015 – 2017 ketika itu terdakwa melakukan penjualan dan pengiriman beton semen kepada empat perusahaan, diantaranya PT Mustika Persada Indah, PT Jatim Mustika Sarana Steel, PT Anugrah Hatatah Indah dan PT Ata Sadira, diruang Candra , Rabu (15/09/2021).

Kemudian terdakwa menerima uang pembayaran dari PT Jatim Mustika Sarana Steel, senilai Rp 435 juta melalui enam lembar cek dan giro. Pelunasan itu antara tanggal 16 Desember 2016 hingga 6 Maret 2017. Kemudian Agustina menerima lagi pembayaran dari PT Mustika Persada Indah, dengan menggunakan empat lembar cek dan giro yang diserahkan oleh PT tersebut pada tanggal 20 Oktober 2016 hingga 10 Oktober 2017 dengan nilai Rp 515 juta. 

Kemudian, di antara tanggal 8 Januari hingga 31 Desember 2016 PT Anugrah Hatatah Indah mengirim uang tagihan kepada terdakwa senilai Rp 1,046 miliar dengan menggunakan enam lembar cek dan giro. Sedangkan PT Ata Sadira mengirim uang tagihan kepada terdakwa senilai Rp 49 juta dengan menggunakan satu lembar cek dan giro pada 10 Juli 2016. 

“Bahwa terdakwa menerima pembayaran beton semen dari para customer tersebut diambil secara tunai oleh terdakwa dan sebagian terdakwa bayarkan secara tunai ke rekening PT Holcim Beton, kemudian sebagian lagi terdakwa gunakan untuk kepentingan pribadi. Antara lain untuk bayar kartu kredit di bank BNI, Bank UOB, Bank Standard Cartered, dan Bank Mandiri,” jelas jaksa Irene. 

Kemudian saksi bagian keuangan di perusahaan tersebut Sri Wulan dan Fani mengatakan seharusnya pembayaran berupa cek dan giro itu diserah ke bagian kasir terlebih dulu sebelum dicairkan. Namun, oleh terdakwa malah dicairkan sendiri kemudian diserahkan ke kantor dan sebagian masuk ke rekeningnya. 

“Secara pribadi kami tidak tahu uang tersebut digunakan untuk apa oleh terdakwa. Tapi yang saya tahu, harusnya cek dan giro itu yang mencairkan pihak kasir,” kata kedua saksi kepada Ketua Hakim Tumpal Sagala. 

Usai mendengarkan keterangan saksi, terdakwa membenarkannya. Bahwa uang itu tidak dia setorkan. Selain itu juga belum ada perdamaian antara dirinya dengan PT Holcim Beton, hingga akhirnya Ia dilaporkan ke polisi.

Kemudian hakim menunda sidang agenda tuntutan pada Rabu 22 September mendatang di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. “Baik sidang ditutup dan dilanjutkan pekan depan,” ujar Hakim Tumpal Sagala. (Sam)

Editor : Redaksi

suara-publik.com skyscraper