Dilaporkan oleh : Mahfud Susyanto
BONDOWOSO, (Suara Publik) - Pasangan Ahmad Dhafir dengan Hidayat yang mendeklarasikan menjadi bakal Calon Bupati-Wakil Bupati (Cabup-Cawabup) Bondowoso periode 2018-2023, di Tegalmijin Tamanan beberapa waktu lalu telah menjawab sejumlah pertanyaan dari masyarakat.
Sehingga pasangan politisi dengan birokrasi tersebut dianggap ideal. Menurut pengamat politik Bondowoso, Aris Zandi, mengemukakan, kedua tokoh ini sangat pas karena keduanya memiliki basis yang berbeda, sehingga nantinya dapat saling mendukung.
“Dalam pemilihan nanti Ahmad Dhafir mendapat dukungan dari konstituen partai pengusung yang mayoritas warga NU, sedangkan Hidayat mendapat dukungan dari PNS, baik itu pegawai pemkab maupun guru,”kata Aris. Namun, keduanya diharapkan tetap mampu mengajak masyarakat, agar dukungan itu tidak pindah kandidat lain. Sebab, nampaknya ada tokoh-tokoh lain yang bisa mencuri perhatian masyarakat, dan ini perlu diwaspadai.
“Menurut saya, pasangan ketua DPRD dengan Sekda ini harus tetap menjaga ritme politik yang telah gunakan selama ini, apalagi dengan munculnya KH Salwa Arifin yang berpasangan dengan Irwan Bachtiar Rahmat,”tegasnya.
Sementara pasangan yang satu ini sama-sama mempunyai kekuatan masa yang militan. KH Salwa sendiri merupakan sosok tokoh yang juga berasal dari NU dan pesantren, apalagi sudah dua kali menjadi wakil Bupati. Sedangkan Irwan Bachtiar sendiri memiliki masa militan, sehingga kedua tokoh ini tidak bisa dilihat sebelah mata.
“Dan yang terpenting dalam pemilihan nanti kedua pasangan ini bermain fair, dan harus siap kalah, karena dalam sebuah kompetisi pasti ada yang kalah dan menang, tinggal bagaimana caranya menjual program kepada masyarakat, apalagi kedua pasangan ini mempunyai peluang yang sama meraih simpati masyarakat,”ujarnya.
Aris menambahkan, dalam sejarah pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Bondowoso tahun 2018 nanti merupakan sejarah baru. Sebab, selama ini demokrasi yang dibangun adalah kultur. Namun, dengan munculnya pasangan dari kalangan NU dengan Nasionalis, pilkada akan menjadi hidup dan dinamis, tapi warga NU akan pecah kongsi.
“Kalau boleh saya mengatakan, inilah yang dinamakan pertarungan hidup atau mati, karena kedua pasangan ini sama-sama mempunyai kekuatan masa yang berasal dari NU,”pungkasnya.(*)
Editor : Redaksi