Oleh Kusworo.
Surabaya Suara Publik-Investigasi Partisipatif adalah sebuah kegiatan jurnalistik yang kerjanya mirip dengan Intel atau reserse. Dimana kita harus bisa masuk pada sebuah masalah yang akan dikupas secara detail untuk disajikan dalam tulisan, sebagai referensi pembaca.
Awal tahun 2010 saya melakukan investigasi Partisipatif pada dunia malam. Dimana saat itu saya harus keluar masuk cafe dan diskotik untuk mengetahui hingar bingar pencandu narkoba dan alkohol.
Miris melihat orang yang terlanjur menjadi budak narkoba, membuat saya ingin mengajak mereka kembali pada kehidupan normal. Dengan penuh resiko ikut tertangkap aparat serta dimusuhi oleh para bandar narkoba. Saya melebur menjadi salah satu bagian dari mereka. Sebuah pekerjaan yang tidak gampang. Namun saya tetap bertekad masuk dunia tersebut. Tentunya anak istri harus diberikan pengertian.
Setahun kemudian 2011, saya bersama komunitas pencandu narkoba mendirikan semacam perkumpulan, yang bernama Komunitas Mantan Pecandu Narkoba Surabaya disingkat Kompas, berpusat di Balai RW 3 Kupang Krajan Sawahan Surabaya.
Para pencandu narkoba yang saya bina tersebut dari kelompok pengguna Putauw dan Ekstasi. BNNK Surabaya dibawah komando AKBP Wuwuh merespon kegiatan Kompas. BNNK memfasilitasi dan mengundang Pemkot untuk hadir saat deklarasi nya.
Wawali Bambang DH bersama dengan SKPD terkait hadir saat itu. Walau tanpa bantuan anggaran dari Pemkot Surabaya, Kompas eksis mengajak pencandu narkoba untuk mengurangi bahkan berhenti menjadi pengguna narkoba. Peran signifikan nya, mencegah jangan sampai ada anak dibawah umur coba coba menikmati barang haram ini.
Kebetulan saat itu saya menjabat sebagai Ketua Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan HIV Aids Kecamatan Sawahan. Camat Sawahan saat itu Dwi Purnomo membantu saya sepenuhnya. Demikian juga Camat penggantinya M. Muslik.
Seiring berjalannya waktu, BNN pusat mendengar kiprah Kompas, melalui Kombes Polisi. dr. Susanti kita diberikan arahan dan akhirnya ditunjuk sebagai Pos Rehabilitasi Berbasis Masyarakat oleh BNN Pusat. Saat itu Komjen Pol. Anang Iskandar yang menjadi Kepala BNN Pusat.
Pengurus Kompas saat itu terdiri dari Didik Ali Rosyidi Kupang Krajan, Silas Putat Jaya, Cures Ketintang bergerak menyadarkan teman yang masih aktif menggunakan narkoba hingga ke kota Sidoarjo.
Waktu demi waktu berlalu, ada anggota Kompas dari komunitas Ekstasi meninggal dunia karena sakit HIV Aids. Kami bingung karena yang bersangkutan tidak pernah menggunakan Putauw kok terkena Aids.
Jiwa Investigasi saya tertantang untuk mencari tahu apa yang terjadi pada anggota. Setelah sekian lama melakukan investigasi, terkuak lah apa yang terjadi. Ternyata Adi(samaran) menjadi pekerja seks komersial alias Gigolo yang melayani Tante girang dan komunitas seks menyimpang 3some dan Swinger.
Akhirnya saya memutuskan untuk Investigasi Partisipatif pada kelompok 3some dan Swinger atau tukar pasangan yang pernah menggunakan jasa Adi. Akhirnya saya terbang ke Jakarta menemui pasangan suami istri Andre Eny(samaran).
Pasutri ini menjelaskan pernah menggunakan jasa Adi untuk 3some. Karena bodynya atletis dan wajah yang ganteng serta sopan santun, kami merekomendasikan kepada Pasutri yang lain. Andre Erny juga menjelaskan kalau Adi juga pernah di Boking bersama 3 Pasutri di sebuah hotel berbintang di Surabaya.
Usai Dugem Adi kita job bersama 2 Pasutri dari Bali dan Surabaya di hotel berbintang lima pusat kota mas, jelas Andre. Dia pemuda hebat dalam memuaskan hasrat kami saat itu, tambahnya.
Walau mendapatkan informasi tentang dunia fantasi seksual dari Andre. Sesampainya di Surabaya, saya kesulitan untuk mendekati pelaku Swinger di kota kelahiran saya. Akhirnya saya memantau dunia Swinger lewat Media Sosial FB dan Twitter untuk mengetahui apa kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok ini. Saya pun membuat akun Facebook dan Twitter dengan nama Suara Cinta Pasutri dan Agustina Agus untuk memulai komunikasi dengan para Pasutri (sebutan untuk pelaku Swinger atau pelaku 3some).
Setelah aktif berselancar di dunia maya dan aktif berkomunikasi dengan pelaku dunia fantasi seksual Swinger dan 3some. Akhirnya akun Facebook dan Twitter saya di hack orang karena pertemanan sudah banyak serta aktif berkomunikasi. Ya sudah tidak saya permasalahkan apalagi melaporkan ke pihak kepolisian. Karena konten nya mengandung pornografi dan pornoaksi.
Akhirnya saya tetap eksis berkomunikasi dengan mereka lewat akun Facebook dan Twitter resmi saya. Jujur saja hal ini sangat beresiko sekali buat saya dan keluarga. Sebab akun Facebook dan Twitter saya berteman dengan keluarga, teman relasi maupun pejabat daerah maupun pusat. Namun saya tetap eksis dengan tujuan meningkatkan komunikasi dengan kelompok ini. Tentunya endingnya ingin menyadarkan kelompok ini betapa berisiko nya kegiatan ini, terutama penyakit HIV Aids. Bersambung.
Editor : Redaksi