suara-publik.com skyscraper
suara-publik.com skyscraper

Rsud dr. Soetomo Terindikasi Mengcovidkan Pasien, Muldoko Sebut Ada Permainan Data Covid di Rumah Sakit.

avatar suara-publik.com
Foto: Suhadi dan Arif bersama pengurus RW 3 Kupang Krajan.
Foto: Suhadi dan Arif bersama pengurus RW 3 Kupang Krajan.
Dirgahayu RI ke 79 SMKS Ketintang

Surabaya, suara-publik- Kepala Staf Kepresidenan Jendral TNI Purnawirawan Muldoko menyebut adanya mafia covid-19 di Rumah Sakit selama ini dengan mengcovidkan pasien meninggal di rumah sakit.

"Jangan saat kondisi negara sedang kesulitan menangani pandemi covid-19. Lalu ada rumah sakit yang mengeruk keuntungan dengan mencovidkan pasien yang meninggal di rumah sakit" kata Muldoko di berbagai kesempatan.

Pernyataan ini sangat menarik untuk dikaji. Bahkan di acara ILC, banyak narasumber yang menyatakan mahalnya harga test Rapid dan Swab. Sehingga apa yang dikatakan KSP Muldoko ada benarnya.

Redaksi suara-publik.com dalam mencermati carut marut penanganan covid-19. Bukan hanya harga test covid yang mahal. Tapi ada dugaan pembiaran agar sebaran covid semakin meluas. Sehingga anggaran penanganan covid banyak yang mengucur di rumah sakit.

Bahkan, upaya mengcovidkan pasien yang dikatakan Muldoko tersebut mendekati kebenaran.

Data yang digali suara-publik.com menyebutkan. Marsini 56 tahun, yang menjalani perawatan di RSUD dr. Soetomo setelah sebelumnya dirawat di RSI Wonokromo. Dimana Marsini telah test covid Swab 3 kali di RSI dengan hasil Negatif. Namun karena peralatan kurang memadai, sehingga dirujuk ke dr. Soetomo.

Kejanggalan terjadi setelah 1 hari di IRD, dr. Komang ahli paru menyatakan pasien positif covid-19. 19/09/2020.

Hal ini membuat Suhadi dan keluarganya geram dengan status tersebut. Suhadi akhirnya minta swab ulang. Saat itu langsung 4 dokter yang menangani,(diantaranya dr. Stevanus ahli penyakit dalam) melakukan tindakan kedaruratan dengan baik. Dan 2 kali swab ulang hasilnya negatif.

Pelantikan Pjs Bupati jember

Suhadi suami Marsini dan Arif keluarganya harus bersih tegang dengan para medis. "Saya protes keras pada dokter, disitu terlihat ketidak kompak dokter dan tenaga medis lainnya. Saat minta hasil swab yang positif ternyata surat hasil swabnya tidak penanggung jawabnya" kata Arif didampingi Suhadi suami Marsini.

Masih Arif, akhirnya keluarga mengambil sikap untuk membawa pulang Marsini. Walau resiko nya meninggal dunia. Keluarga pasrah, dari pada di coronakan. Lalu kami minta surat pengantar dari Ketua RW 3 Kupang Krajan yang juga Ketua Gugus Tugas Kampung Tangguh. Untuk membawa pulang pasien. Sehari setelah dirumah, kakak saya meninggal dengan senyum, tambah Arif.

Sementara itu ditempat lain, Tenaga Ahli Utama KSP Dany Amrul Ichdan menyatakan perlu dilakukan penyelidikan atas dugaan RS memanipulasi pasien meninggal dunia terkait Covid-19. Ia mengklaim menerima keluhan ini dari beberapa masyarakat.

"Apabila ada RS satu atau dua RS yg mungkin ada kesalahan penanganan dan administratif, tentu ada baiknya kalau dilakukan penyelidikan melalui jalur-jalur yang ada, ada PERSI di situ sebagai wadah," kata Dany.

Dany mengatakan pernyataan yang dilontarkan Moeldoko beberapa waktu lalu bukan bermaksud menuduh tenaga medis, melainkan lebih kepada aturan definisi kematian yang jelas dari pada pasien. Ia mengaku telah menerima beberapa pengaduan dari masyarakat terkait prosesi pemakaman jenazah keluarga dengan protokol Covid-19, sedangkan yang bersangkutan belum dinyatakan positif Covid-19 atau masih menjadi pasien probable maupun suspek.

"Dalam kaitan dengan yang disebutkan Pak Moeldoko ini menyorot kepada pasien probable. Oleh karena itu perlu adanya kita pikirkan bersama bagaimana melakukan komunikasi yang interaktif tanpa mengganggu substansi medical record," ujarnya.(red-dbs)

Editor : Redaksi

Iklan Pelantikan Kadis DKP sbg Pjs Bupati sda