SURABAYA, (suarapublik.com) - Dinas Koperasi & UKM Provinsi Jawa Timur melalui Klinik KUKM BDC Jawa Timur kembali menggelar 2 (dua) pelatihan sekaligus, yaitu pelatihan membuat Kemasan Produk yang baik dan pelatihan untuk menentukan expired date produk makanan/Minuman.
Peserta yang hadir dalam kedua pelatihan ini masing- 25 (dua puluh lima) orang pelaku UKM yang mendaftar melalui aplikasi BDC Mobile.
Mengingat masih dalam masa pandemi Covid-19 yang belum berlalu, kegiatan ini berlangsung dalam protokol 5M yang cukup ketat, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi.
Kepala Seksi Pengembangan Usaha, Fance Indriyanto Asy'Arie, SE, dalam arahannya Fance mengajak semua peserta pelatihan yang hadir untuk lebih mematuhi protokol kesehatan, bukan hanya 5M lagi namun ditambah menjadi 6M, M yang terakhir adalah menghindari makan bersama.
Lebih lanjut Fance menyampaikan jika perekonomian Jawa Timur pada triwulan pertama tahun 2021 terkontraksi sebesar -0,44 %, lebih baik dibandingkan triwulan pertama Tahun 2021 yang terkontraksi sebesar -2,64 %, kontribusi UMKM di Jawa Timur pada tahun 2020 terhadap PDRB Jawa Timur juga cukup membanggakan yaitu sebesar 57,25%.
"Kegiatan ini kami laksanakan sebagai upaya untuk menambah knowledge kepada pelaku usaha untuk mempertahankan, bahkan jika bisa meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya agar tidak terhambat karena pandemi Covid-19 ini", ujar Fance seperti dikutip dari diskopukm.com (28/6/2021) lalu.
Dahlia dari Sucofindo, CEO Rumah Besar Kemasan. Dahlia selaku pemberi materi menyampaikan, bahwa, ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi umur simpan, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
"Artinya, faktor intrinsik yaitu aktivitas air, nilai PH dan keasaman total, potensial redoks, kesediaan oksigen, nutrisi, mikroflora alami dan jumlah mikroorganisme hidup, biokimiawi alami formulasi produk (enzim, reaktan kimiawi) dan penggunaan pengawet dalam formulasi produk," tuturnya.
"Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu profil waktu dan suhu selama pengolahan, tekanan dalam headspace, kontrol suhu selama penyimpanan dan distribusi, kelembaban relatif (RH) selama pengolahan, penyimpanan, dan distribusi, ekspose terhadap sinar (UV dan IR) selama pengolahan, penyimpanan dan distribusi, jumlah mikrobia lingkungan selama pengolahan, penyimpanan, dan distribusi, komposisi udara dalam kemasan, treatment panas lanjutan, dan handling konsumen," tambah Dahlia.
Masih katanya, untuk pendugaan umur simpan ada 2 (dua) metode yang digunakan, yaitu Direct Method dan Indirect Method. Untuk Direct Method diterapkan dengan cara meletakkan produk pada sebuah ruang penyimpanan dengan kondisi tertentu selama waktu tertentu (lebih dari waktu perkiraan shelf life).
Kemudian, produk dicek secara berkala untuk melihat perubahan yang mungkin terjadi (baik secara quality maupun safety).
"Sedangkan untuk Indirect Method dilakukan dengan menempatkan produk pada sebuah ruangan yang mungkin bisa mempercepat proses perusakan bahan pangan. Data perubahan yang didapat digunakan untuk memprediksi waktu umur simpan pada kondisi penyimpanan yang dikehendaki," tandas Dahlia.
Berikutnya, Nashrullah Hasin, selaku CEO Rumah Besar Kemasan, menyampaikan bahwa fungsi kemasan ada 3 (tiga) yaitu sebagai pelindung, membawa produk, dan untuk menjual dirinya sendiri.
Selanjutnya, kemasan mampu menjual dirinya jika mampu memenuhi 4 (empat) kriteria yakni, desain kemasan harus menjadi alat identifikasi pemasaran, desain kemasan yang ada menjadi alat untuk menentukan pada kelas pangsa pasar mana produk itu dijual, desain kemasan harus menjadi perangkap emosional dan desain kemasan harus mampu menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan calon pembelinya, harus mampu menumbuhkan respon positif dari calon pembeli karena tujuannya adalah untuk menciptakan penjualan.
"Desain kemasan menjadi media positioning brand. Desain kemasan harus menumbuhkan image yang kuat dari calon konsumen kepada brand tersebut, contoh jika ada orang yang menyebut teh botol, pikiran kita pasti langsung tertuju pada minuman teh yang dikemas dalam botol kaca/beling," urainya.
Lebih lanjut Nashrullah menyampaikan, desain kemasan harus mampu mendukung brand recognition. Desain kemasan harus mampu membuat calon konsumen untuk mudah mengenali produk tersebut, meskipun hanya melihatnya secara sekilas.
"Misalkan dilihat dari jarak yang jauh dan penempatan yang kurang sempurna, akan tetapi karena desain tersebut menarik dan udah diingat maka calon konsumen akan langsung mengenali produk tersebut," katanya.
"Inti keberhasilan sebuah desain kemasan adalah bahwa desain tersebut secara visual dapat diterima oleh target pasar, dan semua pesan yang tersampaikan melalui desain kemasan dengan mudah dapat tersampaikan," pungkas Nashrullah (aDv/Dre)
Editor : Redaksi