SURABAYA, (suarapublik.com) – Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Biro Kesra (Kesejahteraan Rakyat) Setda (Sekretariat Daerah) Provinsi Jawa Timur Bekerjasama dengan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Buku Moderasi Beragama.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan kerukunan, harmoni sosial sekaligus menjaga kebebasan dalam menjalankan kehidupan beragama, menghargai keragaman tafsir dan perbedaan pandangan serta tidak terjebak pada ekstremisme, intoleransi dan kekerasan dalam agama.
Hal ini diungkapkan Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Jatim, Dr. Hudiyono, M.Si saat memberikan sambutannya dalam pembukaan acara Sosialisasi Buku Moderasi Beragama, Selasa, (14/9/2021) pekan lalu.
Dalam rilisnya, menurut Hudiyono, semangat moderasi beragama adalah untuk mencari titik temu dua kutub ekstrem dalam beragama. Disatukan sisi, ada pemeluk agama yang ekstrem meyakini mutlak kebenaran satu tafsir teks agama, lalu menganggap sesat mereka yang memiliki tafsir berbeda dengannya.
100
Sedangkan, disisi lain, masih menurut Hudiyono, ada juga umat beragama yang ekstrem mengabaikan kesucian agama atau mengorbankan kkepercayaan ajaran agamanya atas nama toleransi kepada pemeluk agama lain. Kedua sikap ekstrem tersebut perlu dimoderasi.
“Dan moderasi beragama adalah tanggung jawab bersama. Sebab, moderasi beragama tidak mungkin berhasil menciptakan kerukunan kalau hanya dilakukan oleh perorangan atau institusi tertentu saja. Kita perlu Bekerjasama bergandengan tangan, mulai dari masyarakat luas, pegiat pendidikan, ormas keagamaan, media, para politis, dunia birokrasi dan ASN, “ kata Hudiyono.
Dikatakan mantan Plt. Bupati Sidoarjo ini, bahwa moderasi beragama itu sesungguhnya adalah jati kita sendiri sebagai Bangsa Indonesia. Pasalnya, Kita adalah negeri yang sangat agamis. Tak hanya itu, kita umat beragama amat santun, toleran dan terbiasa bergaul dengan berbagai latar keragaman etnis, suku dan budaya.
“Toleransi ini pekerjaan rumah (PR) bersama kita, karena kalau intoleransi dan ekstremisme dibiarkan tumbuh berkembang, cepat atau lambat keduanya akan merusak sendi-sendi Ke-Indonesiaan. Untuk itulah, mengapa moderasi beragama menjadi sangat penting dijadikan sebagai cara pandang, sikap dan perilaku dalam beragama dan bernegara.
Jadi, lebih lanjut Ia mengatakan, moderasi beragama merupakan perekat antara semangat beragama dengan komitmen berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, beragama pada hakikatnya adalah ber-Indonesia dan ber-Indonesia itu pada hakikatnya adalah beragama.
Untuk itulah, moderasi beragama harus Kita jadikan sebagai sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang rukun, harmonis, damai, toleran serta taat konstitusi, sehingga bisa benar-benar menggapai cita-cita bersama menuju Indonesia maju.
“Untuk itu, melalui moderasi beragama, mari Kita jaga persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia ini, yang telah diperjuangkan dengan penuh pengorbanan, termasuk oleh tokoh dan umat beragama, para pahlawan,” Paparnya.
Hudiyono menjelaskan, bahwa buku moderasi beragama yang diteruskan oleh FKUB provinsi Jatim tersebut, adalah kumpulan dari berbagai ajaran agama. “Semua agama mengajarkan Kita untuk saling bermoderasi dan harus disebarluaskan. Ini merupakan tanggung jawab Kita semua untuk mensosialisasikannya,” ujarnya.
Hudiyono berharap kepada semua yang turut hadir dalam acara sosialisasi ini untuk memanfaatkan waktu yang diberikan. Sehingga isi dalam buku moderasi beragama tersebut mampu Kita serap.
“Dan tidak menutup kemungkinan ada beberapa hal yang kurang pas dalam buku ini perlu disempurnakan,” pungkasnya.
Turut hadir dalam kegiatan sosialisasi buku moderasi beragama, Ketua dan pengurus FKUB Provinsi Jatim, Ketua Majelis Agama dan para nara sumber. (Dre)
Editor : Redaksi