Gresik, suara-publik.com - Tercatat lebih 300 peserta mengikuti event layang-layang tahunan Desa Dohoagung yang menjadi tradisi warga seusai musim panen, Minggu (3/10) petang.
Ketua Panitia, Adieb Hazmy menyebut event yang digelarnya ini bahkan sudah mencakup skala nasional. Hal itu dibuktikan dengan peserta yang mengikuti acara tersebut banyak yang berasal dari luar Kabupaten Gresik.
“Pesertanya sekitar 300 orang. Tak hanya dari Gresik tapi mereka juga berasal dari luar. Bahkan ada yang berasal dari luar provinsi Jawa Timur,” kata Adieb Hazmy.
Adieb menyampaikan, jenis layang-layang peserta festival secara bentuk dan ukurannya cukup bervariasi. Layangan bentuk naga terlihat paling dominan di ajang festival kali ini.
100%
“Layangan bentuk naga memang banyak diminati. Mungkin karena modelnya terlihat lebih bagus dan gagah. Rata-rata layangan bentuk naga panjangnya mencapai 75 meter hingga 100 meter," ucap Adieb.
Layangan bentuk naga membutuhkan minimal 4 orang saat menerbangkannya.
untuk pembuatan layangan bentuk raksasa itu pengerjaannya membutuhkan waktu antara 3 hingga 4 bulan, bahkan bisa lebih.
“Bahan layangan kepingan fiber dengan kain parasit, biaya pembuatan layangan cukup bervariasi, ada yang menghabiskan dana Rp 4 juta, namun ada juga layangan yang biaya pembuatannya mencapai puluhan juta rupiah. Memang mahal, tapi bentuknya sangat fantastis,” ujarnya.
Adieb juga menjelaskan untuk penilaian dan festival layang-layang ini mencakup desain dan keindahan bentuk layangan, kekompakan tim saat menerbangkan layangan hingga kestabilan layangan saat mengudara.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani yang hadir di acara tersebut merasa kagum sekaligus terhibur. Ia bahkan turut menerbangkan layang-layang bentuk naga berukuran raksasa.
“Festival layang-layang ini merupakan bentuk kearifan lokal yang patut dan harus dilestarikan,” sebut Gus Yani, sapaan akrabnya.
Menurutnya, festival layang-layang ini bisa digelar lebih meriah lagi pada musim kemarau tahun depan. Dengan begitu imbas positif dari festival layang-layang ini bisa lebih mendongkrak perekonomian desa.
“saya berharap produk UMKM warga bisa lebih terserap, termasuk hasil panen petani lokal saat musim kemarau seperti semangka dan melon,” pungkas Gus Yani.(imam)
Editor : Redaksi