Surabaya, suara publik - Sidang agenda pemeriksaan saksi Tragedi Kanjuruhan digelar. Sebanyak 17 saksi dihadirkan di persidangan. Sedangkan terdakwa yang dihadirkan yakni Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris dan Suko Sutrisno Security Officer.
Dalam persidangan tersebut hakim menanyakan satu per satu kesaksian para saksi saat Tragedi Kanjuruhan pecah.
Miftachul Ulum, salah satu saksi sekaligus korban selamat mengaku bersyukur saat itu bisa selamat. Padahal gas air mata yang ditembakkan sempat mengenai matanya dan membuatnya ambruk.
100%
Miftachul Ulum, salah satu saksi sekaligus korban selamat mengaku bersyukur saat itu bisa selamat. Padahal gas air mata yang ditembakkan sempat mengenai matanya dan membuatnya ambruk.
Ulum menyebut, awalnya aparat menembakkan gas air mata ke lapangan untuk menghalau massa penonton yang turun. Saat massa telah mundur itu lah kemudian aparat mulai menembakkan ke arah penjuru tribun.
"Pertama ke lapangan, terus ke tribun 3, 4 arah utara, ketiga di tribun 7, keempat di 9 dan 10, saya posisi di tribun 13. saya lihat ke arah tribun 10, itu sebelum keluar gas letupan kayak kembang api itu pecah," tutur Ulum saat memberi kesaksian di ruang Cakra Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis (19/1/2023)
"Sempat kena ke mata saya juga, saya juga sempat terjatuh ke bawah, nggak bisa melihat, panas muka dan mata, ada efek lemas saat itu. Setelah itu saya jatuh telungkup, ketendang 1 orang," imbuhnya.
Meski sempat terjatuh dan kena tendangan, ia selamat. Karena saat itu ia langsung diamankan oleh petugas berbaju cokelat. Ia sendiri berhasil keluar lewat pintu darurat di tribun 14.
"Diamankan petugas pakai baju cokelat di situ dari kepolisian 3 orang. Saya keluar melalui pintu darurat tribun 14 pojok bawah, biasanya kalau buat ambulans ya di situ, dekat VIP," ungkapnya.
Lantaran sempat terkena gas air mata, ia selanjutnya dibawa oleh temannya ke RSUD Kepanjen. Namun karena sudah penuh, ia kemudian menuju ke Rumah Sakit Wafa yang saat itu belum banyak korban yang dievakuasi ke sana.
"Lalu dibawa ke RS Wafa, itu sebelum korban banyak, tak lama ada banyak korban, sekitar 20 menitan di sana, saat itu saya lemas dan tidak bisa melihat," terang Ulum.
Di rumah sakit, Lanjut Ulum, ia harus menjalani rawat inap selama 3 hari. Ini karena kondisinya yang tak bisa melihat dan lemas. Sedangkan temannya hanya mengalami gangguan pernapasan saja.
Seperti diketahui, sebanyak 132 orang meninggal dunia saat Tragedi Kanjuruhan. Kejadian ini terjadi seusai laga Arema FC kontra Persebaya yang berakhir 2-3. Penonton berebut dan berdesakan keluar saat polisi menembakkan gas air mata selepas pertandingan karena massa suporter turun ke lapangan.(Sam)
Editor : Redaksi