suara-publik.com skyscraper
suara-publik.com skyscraper

Berbeda Pilihan Dengan Kades Saat Pilkada, Tunjangan Guru Ngaji Yullifah Dialihkan

avatar suara-publik.com
Foto: Sahrullah Kades Pakuwesi.
Foto: Sahrullah Kades Pakuwesi.
suara-publik.com leaderboard

Laporan : hery /sus

BONDOWOSO, suara-publik.com - Kepala desa Pakuwesi Kecamatan Curahdami, Sahrullah, diduga memanipulasi data guru ngaji yang menerima tujangan dari Pemerintah Kabupaten Bondowoso.

Aksi kades tersebut dipicu adanya pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bondowoso bulan Juli lalu. Sehingga salah satu korban merasa dirugikan. Modus yang dilakukan oleh Sahrullah, mengalihkan nama penerima tunjangan, kepada orang lain yang tidak punya hak atas dana tersebut. Hal itu dilakukan karena guru ngaji yang punya santri tersebut tidak mendukung pilihan Kades pada saat pilkada.

Saat Suara Publik mengkonfirmasi hal tersebut, Sahrullah mengaku dan membenarkan, kalau dirinya menangguhkan tunjangan guru ngaji atas nama Yullifah, RT.03/01, Desa Pakuwesi, dan diberikan kepada Mai, yang hanya sekedar membantu di mushollah milik Yullifah. “Ya, saya memang pending itu, karena terjadi rebutan antara pengasuh yang sah dengan ustad,,”kata Sahrullah kepada Suara Publik. Sabtu, (29/09).

Padahal, Yullifah sudah tiga tahun berturut-turut mendapat tunjangan. Namun Karena beda pilihan dengan Kades, akhirnya nama Yuliifah dicoret dan digantikan kepada Mai, karena Mai dianggap mendukung pilihan kades.

“Saat ini dana itu memang tidak cair, masih menunggu APBD perubahan,”ujarnya.

Sementara itu, dana dari Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso untuk tunjangan guru tahun anggaran 2018 sudah terealisasi semua, sehingga diduga kuat uang sebesar Rp.800 ribu itu ditilep oleh Kades. Namun kades berdalih dana tersebut masih ngendap di Kabupaten.

“Dana itu akan cair pada waktu perubahan, dan saya memang minta kepada Dinas agar jangan dicairkan dulu, karena dibawa masih terjadi sengketa,”imbuhnya.

Sementara itu, Yullifah mengaku, kalau namanya sudah dicoret oleh Kades, digantikan kepada orang lain, sehingga pada saat penerimaan tunjangan guru ngaji pada bulan kemarin dirinya tidak menerima, hanya pasrah dan kecewa.

Menurut dia, selama tiga tahun tidak ada masalah dengan pencairan itu. Namun, setelah ada pilkada, namanya sudah hilang dan tidak tercantum lagi di Desa. Meski begitu, Yullifah masih mencari tahu ke bidang Kesra di Kabuaten, dan ternyata namanya masih terdaftar.

“Saya tahu, kalau nama saya dicoret setelah melihat surat usulan dari Kades. Yang diketahui oleh Pak Camat, kalau nama saya sudah diganti dengan orang lain,”ujarnya.

Masih Yullifah, Kades terkesan sengaja mencoret namanya, karena tidak mendukung pilihan kades pada saat pilkada. Ia mengaku tidak mungkin berpaling dari Gurunya yang pernah mendidiknya. “KH Salwa Arifin itu Guru saya, siapapun yang mengajak saya untuk memilih calon lain, saya tidak akan pernah mau, mungkin karena saya dan keluarga memilih Sabar dan tidak memilih Dada, akhirnya nama saya dicoret oleh Kades,” tegasnya.

Ia hanya berharap kepada Bupati dan Wakil Bupati Bondowoso, agar cara-cara seperti itu cepat ditangani dengan serius, karena tidak menutup kemungkinan kasus ini tidak hanya terjadi kepada dirinya. “Saya berharap Bapak Wakil Bupati. H. Irwan Bachtiar agar cepat bertindak, agar kades Pakuwesi tidak main hakim sendiri dan memberikan sangksi yang tegas,”imbuhnya.

Editor : Redaksi

suara-publik.com skyscraper