Laporan ; Edo Situbondo
SITUBONDO , (Suara Publik.com) - Keberlanjutan perikanan di Kabupaten Situbondo Jawa Timur, kian terancam oleh ketertinggalan nelayan, lemahnya infrastruktur, pencurian ikan yang masih belum mengalami penekanan, dan ditambah lagi masih ada arus transaksi jual beli ikan dari beberapa daerah tapal Kuda hingga memukul daya saing.
Keberpihakan pemerintah daerah maupun pusat terhadap sektor perikanan dinilai masih rendah. Hal ini di ungkapkan oleh beberapa kalangan dan pemerhati Di Situbondo, Senin (11/12/2018).
100%
Dosen Universitas Abdurrahman Saleh Situbondo Drs Hadi Wiyono ST.MM berpendapat, ini berkenaan dengan nasib nelayan di Situbondo yang masih kategori terpuruk karena berbagai persoalan. Sebab, nilai tukar nelayan menurun dari waktu ke waktu. Sektor perikanan di Situbondo saat ini mengalami tiga bahaya besar.
Pertama, peningkatan pengangguran karena nelayan semakin sulit melaut. Sedangkan kebijakan penguatan nelayan hingga kini masih minim. Kedua, arus transaksi ikan yang masih nyelinap masuk dari berbagai daerah di termasuk ke Situbondo dengan harga lebih rendah dibandingkan dengan harga lokal memukul daya saing nelayan.
"Jika di lihat dari mata Dunia dalam perikanan, selama ini ada beberapa jenis ikan impor asal Thailand dan Vietnam yang marak masuk, ke Indonesia seperti ikan kembung dan layang, sudah sulit ditemukan," katanya.
Namun di Kabupaten Situbondo juga di susupi oleh ikan dari luar daerah termasuk Banyuwangi , Probolinggo. Bahkan Madura.
Di samping itu di sejumlah sentra produksi, seperti Situbondo nelayan terpaksa membuang hasil tangkapan yang berlimpah setiap musim panen ikan karena tidak terserap oleh industri pengolahan.
"Belum tercipta sistem logistik perikanan yang memasok bahan baku secara kontinyu," ucap dia.
Demikian juga pendapat dari seorang pemerhati Situbondo, Agus mengatakan, kebijakan pemerintah hingga kini belum berpihak pada pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Pembangunan di kota bahari masih berorientasi pada darat. Ini tecermin dalam ketimpangan politik anggaran.
Selain itu, Penyediaan infrastruktur pendukung perikanan juga masih belum signifikan, daya saing sektor perikanan semakin sulit terkejar karena nelayan Situbondo yang didominasi oleh nelayan tradisional dan kecil yang tidak dilengkapi teknologi penangkapan ikan, kapal, dan alat komunikasi yang memadai. Keterbatasan sarana juga memicu nelayan rawan menghadapi kecelakaan di laut.
Agus juga mengatakan, industrialisasi perikanan di Situbondo ini masih ditandai dengan kesulitan bahan baku. Untuk itu, konsep industrialisasi seharusnya dimaknai sebagai peluang untuk mendorong produksi perikanan tangkap dan budidaya.
Untuk itu, dibutuhkan dukungan dengan memperkuat infrastruktur sekhor perikanan. Selain itu, nelayan juga perlu didorong mencari mata pencarian alternatif ketika cuaca tidak memungkinkan untuk melaut.
Langkah politik untuk menyejahterakan nelayan didasari paradigma nelayan adalah pelaku penting dalam suplai pangan protein yang diperlukan. ”Semestinya nelayan dianggap sebagai pelaku strategis sebagaimana petani karena berjasa menyediakan pangan serta punya peran secara geopolitik untuk menjaga laut meminimalisir pencurian ikan,” ujar Agus.
Secara terpisah, kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Situbondo, Jatim Ir H. Eko Wahyudi berpendapat, alternatif dalam sebuah pencarian atau solusi pihaknya selama ini tetap mendorong pengembangan mata pencarian alternatif bagi nelayan, yakni ke sektor perikanan budidaya dan pengolahan ikan. Karena nelayan kecil banyak yang menganggur dan tidak bisa melaut, antara lain, karena cuaca buruk dan peralatan minim.
"Kita sudah banyak melakukan program alternatif dan menurut saya nasib nelayan hingga sat ini makin membaik, karena kami tetap mendorong dari segala aspek. Baik dari pengembangan, pangsa pasar dan juga infrastruktur nya, dan hal ini terus akan di lakukan secara berkesinambungan untuk pendongkrak perekonomian bagi para nelayan," kata Eko, kepada Suara Publik.com.
Terkait itu, pihaknya mengaku tetap mendorong pengembangan mata pencarian alternatif bagi nelayan, yakni ke sektor perikanan budidaya dan pengolahan ikan. Kebijakan industrialisasi perikanan diarahkan untuk memberdayakan keluarga nelayan. ”Nelayan yang tidak bisa melaut akan diberdayakan untuk di arahkan untuk usaha budidaya dan pengolahan ikan sebagai alternatif mata pencarian selama ini, jika orang lain berpendapat yang lain itu wajar lah, yang penting kami selaku leading sektor tetap memperjuangkan dari sektor perikanan di Situbondo ” ujar Eko.(Edo)
Editor : Redaksi