suara-publik.com skyscraper
suara-publik.com skyscraper

Katagori Desa ODF di Bondowoso Masih Mencapai 30 Persen.

avatar suara-publik.com
Foto: Wabup Irwan Bachtiar saat pidato Desa ODF.
Foto: Wabup Irwan Bachtiar saat pidato Desa ODF.
suara-publik.com leaderboard

Laporan : Ido

"Pemkab Bondowoso akan memberi Reward bagi desa-desa yang sudah ODF. Tolong itu ditingkatkan rewardnya. Kalau ditingkatkan, ini akan memacu semangat Kades, termasuk Camat yang wilayahnya sudah ODF. Selain Camat juga, Danramil, Puskesmas, dan Kapolsek" ucap Irwan Bachtiar

BODOWOSO, (Suara-publik.com) - Saat ini masyarakat di Kabupaten Bondowoso, jumlah desa yang telah masuk kategori Open Defication Free (ODF) atau bebas Buang Air Besar (BAB) sembarangan, mencapai 30 desa/kelurahan. Sehingga, jika dibandingkan dengan total jumlah desa/kelurahan sebanyak 219, maka masih ada 189 desa/kelurahan yang masyarakatnya banyak BAB sembarangan.

Demikian disampaikan oleh Wakil Bupati (Wabup) Bondowoso, Irwan Bachtiar Rahmat, dalam acara Gebyar Desa ODF tahun 2018 dengan mengambil tema ‘Stop BABS’ di aula Hotel Ijen View, Rabu (19/12/2018).

“Melihat kondisi ini, kami mengharapkan agar dalam kurun waktu dua tahun desa-desa yang lain pun bisa menjadi ODF. Bondowoo ini, betul-betul sudah jadi ODF,” harapnya.

Tak hanya itu, Ia pun meminta kepada semua Kepala Desa (Kades) yang hadir di acara tersebut, untuk mengalokasikan Dana Desa (DD) khusus untuk penanganan akses jamban. Tentu dengan penanganan kendala sanitasi ini, maka program-program yang lain akan lebih mudah diatasi.

“Seperti kasus stunting, tatanan kabupaten sehat, teratasinya kasus penyakit menular, dan beberapa hal lain yang terkait erat dengan masalah sanitasi,”ujarnya.

Kendati demikian, Wabup mengharapkan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso, untuk memberikan reward lebih di desa-desa, Koramil maupun Puskesmas yang telah ODF. Alasannya agar ada motivasi terhadap desa-desa yang belum ODF.

“Bondowoso akan ada reward bagi desa-desa yang sudah ODF. Tolong itu ditingkatkan rewardnya. Kalau ditingkatkan, ini akan memacu semangat Kades, termasuk camat yang wilayahnya sudah ODF. Selain Camat juga, Danramil, Puskesmas, dan Kapolsek,” tandasnya.

Menurut Wabup, bahwa bidang sanitasi di Bondowoso memang masih meninggalkan pekerjaan rumah bagi semua. Tentu, tanpa adanya kerjasama dari semua pihak maka tidak akan bisa diatasi. “Oleh karena itulah, semua pihak diharapkan lebih fokus dalam menangani kendala sanitasi di Bondowoso,” katanya.

Dijelaskan, jika sanitasi yang layak dan ketersedian air bersih yang cukup mempunyai daya dukung yang signifikan terhadap penurunan angka stunting. “Ini yang penting. Jadi stunting bukan hanya bidang ketahanan pangan, dinas kesehatan, tapi semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga terkait dengan penangan stunting ini,” tandasnya.

Ditempat yang sama Kepala Dinkes Bondowoso, Muhammad Imron, mengemukakan, jika menurut pada web Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) capaian akses jamban di Bondowoso hingga 17 Desember 2018, 58,03 persen. “Artinya, 41,97 persen masyarakat Bondowoso masih BAB sembarangan. Sedangkan capaian akses air bersihnya yakni, 58,55 persen.

Untuk diketahui, hadir dalam kesempatan ini, perwakilan dari Dinkes Jawa Timur, seluruh Camat dan Kades se-kabupaten Bondowoso, serta Danramil dari berbagai wilayah Bondowoso,”kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso, Muhammad Imron, saat menyampaikan laporannya dalam acara Gebyar Desa atau Open Defication Free (ODF), Rabu (19/12/2018) di aula Hotel Ijen View.

Menurutnya, Dinkes Bondowoso, memulai peningkatan akses jamban pada tahun 2013 di angka 27,38 persen. “Selama lima tahun terakhir ini, kami telah meningkatkan akses jamban di angka 50 persen lebih,” ujarnya. Disamping itu, ia mengaku, meskipun tidak bisa secara ekstrem melakukan peningkatan, namun progres peningkatan akses jamban ini ada peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

“Kita tidak bisa terus menerus membandingkan dengan kabupaten/ kota yang lain di Jawa Timur. Karena, daerah lain berangkatnya dari angka dasar di atas 50 persen,” ungkapnya.

Upaya peningkatan kesehatan lingkungan, utamanya dalam peningkatan akses jamban ini, kata Imron, tidak bisa dipisahlan dalam penurunan angka stunting di Bondowoso. “Alasannya, pencegahan dan penanggulangan stunting tergantung dalam beberapa hal, yang pertama, tentang bagaimana pola asuh bayi. Kemudian, pola makanan dan sangat signifikan dengan kesehatan lingkungan,” urainya.

Sekedar diketahui, penyebab rendahnya akses jamban ini, lantaran habit dan mindset masyarakat yang lebih terbiasa memanfaatkan sungai untuk BAB. Kondisi ini mayoritas banyak terjadi di kawasan pedesaan. Sementara, di kawasan kota masih terjadi pembuatan septic tank yang pembuangan akhirnya juga masih ke sungai.

Selama ini, Dinkes Bondowoso telah melakukan berbagai upaya dengan menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat tentang STBM.

Editor : Redaksi

suara-publik.com skyscraper