Surabaya Suara Publik-Beberapa hari lalu Capres Prabowo Subianto Berang terhadap wartawan yang meliput di lapangan. Terlihat Prabowo Subianto marah saat diwawancara oleh wartawan. Kamu dari media mana? Kemarin 212 katanya tidak ada orang, hanya puluhan ribu kata redaksi mu, ungkap Prabowo dengan muka kesal.
Bahkan di waktu dan tempat yang berbeda, Prabowo juga mengkritik media massa mainstrem turut memecah belah NKRI. Hal ini menimbulkan reaksi dari berbagai pihak khususnya lembaga pers yang ada di negeri ini.
Sebagai mantan wartawan politik, saya melihat pernyataan Prabowo Subianto berlebihan. Sebab bila mengatakan media tanpa menunjuk nama media nya. Berdampak negatif dan melukai media yang netral. Tadinya media massa yang netral dan berusaha mengangkat sisi baiknya Capres Cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, apatis begitu mendengar kemarahan Prabowo. Hal ini menguntungkan pasangan Jokowi-Makruf Amin.
Tim Pemenangan Prabowo harus segera menetralisir keadaan. Prabowo harus diberikan masukkan agar tidak terlalu reaksi terhadap hal-hal demikian. Namun tim komunikasi nya harus segera bergerak untuk menyikapi beberapa media massa yang jelas jelas tidak berimbang dalam pemberitaannya.
Sudut pandangan saya terkait masalah ini, adalah dampak dari pemilik media massa ikut politik praktis. Sehingga pemberitaan-pemberitaan media nya hanya menguntungkan Partai atau Capres yang diusung oleh pemilik media tersebut.
Kedepannya perlu dibuatkan mekanisme untuk media massa yang pemimpin nya Berpolitik praktis. Agar tidak terjadi lagi hal-hal seperti ini. Bila tidak, akan menjadi preseden buruk bagi masyarakat karena pemberitaan-pemberitaan yang hanya mengangkat kelompok tertentu.
Editor : Redaksi
